Setelah lebih dari 30 tahun, akhirnya misteri itu pun “terkuak”.
Berawal dari link blog milik salah seorang member TDA, saya menemukan makna dari kata yang begitu akrab dalam keseharian saya sebagai orang Minang.
Kata “manggaleh” selalu terselip dalam percakapan sehari-hari di komunitas orang Minang.
Selama ini, kata “manggaleh” itu saya artikan sebagai “berdagang” atau “berjualan”.
Beberapa contoh percakapan standar orang Minang adalah, “Di maa manggaleh?” (di mana berdagang?),“aa galeh kini ko?” (sekarang berdagang apa?), “lai laku galeh?” (apakah dagangannya laris?).
Dalam hati saya sering bertanya, kenapa istilah berdagang menjadi “manggaleh” dalam bahasa Minang? Apa hubungannya berdagang dengan galeh (gelas)? Padahal, pada umumnya bahasa Minang itu tidak jauh beda dengan bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia.
Dari tulisan di blog itu saya pun akhirnya tahu bahwa kata “manggaleh” itu memiliki makna yang dalam dan nilai filosofis yang tinggi.
Berikut ini saya kutipkan dari tulisan dari Buya H. Mas’oed Abidin, nara sumber di blog itu:
Manggaleh didalam paham orang Minang, adalah memelihara sebuah amanah. Mungkin, asal katanya dari “galeh” atau gelas”, yang diyakini sebagai satu produk “pecah-belah”. Sebagai mana lazimnya, sebuah produk pecah-belah, sudah pasti “mau pecah” dan “bisa belah”.
Lebih jauh bisa berserakan, sudah hancur berantakan, maka tidak mungkin dipertautkan lagi. Karena itu, memegang gelas (manggaleh) perlu ada kiat, yakni “hati-hati” dan “selalu pandai memelihara”. Maklumlah yang dibawa adalah “barang yang mudah pecah, mudah pula hancur”, perlu sekali “ketelitian”.
Dari penjelasan itu, jelaslah bahwa “manggaleh” tidak sama dengan berdagang atau berjualan pada umumnya.
Saat ini mayoritas kita menganggap berdagang adalah sama dengan trading, beli 10 jual 12, untung 2.
Manggaleh punya makna lebih dalam dari sekedar mencari margin.
Di balik kata manggaleh terkandung makna bahwa berbisnis itu harus hati-hati, berbisnis itu berarti memelihara kepercayaan, berbisnis itu harus teliti.
Seorang pebisnis harus hati-hati dalam mengelola arus kas. Seorang pebisnis harus menjaga reputasi, kredibilitas, nama baik. Seorang pebisnis juga harus paham detil bisnis yang dijalaninya.
Semoga bermanfaat.
Salam FUUUNtastic!
Wassalam,
Roni, Owner Manet Busana Muslim, Founder Komunitas TDA
NB: Sebuah kehormatan bagi saya dan para blogger yang hari ini diundang menghadiri pembukaan Indonesia Motor Show 2008 yang akan dibuka oleh Presiden SBY. Undangannya pun VIP lho…
Artinya kalo bugis itu membeli 😀
SukaSuka
memang sifat amanah adalah modal utama dalam bisnis, dalam hidup juga demikian. hisdiarri.com
SukaSuka
@Arul: Di Bugis punya arti berbeda ya? Luar biasa kekayaan budaya Indonesia ini…
@Shiri: Nabi juga sudah mencontohkan: shiddiq, amanah, tabligh, fathonah. I
SukaSuka