Telah Lahir, Indonesia Entrepreneur Association (IdEA)

Dua puluh lebih pasang mata dan dinding-dinding putih kediaman saya di Ulujami telah menjadi saksi sejarah ini. Para wakil dari beberapa komunitas entrepreneur besar di Indonesia berkumpul dan mengikrarkan diri untuk bersatu dalam satu wadah Indonesia Entrepreneur Association (IdEA), nama yang diusulkan oleh Pak Budi Utoyo dari Smart Entrepreneur Community (SEC). Alasan pemilihan nama ini adalah karena sudah ada induknya secara internasional dan akan mempermudah akses internasional.

Kepengurusan belum dibentuk, maka dibuatlah formatur yang dikoordinir oleh Pak Valentino Dinsi (Ayo Mandiri) beranggotakan Iim Rusyamsi (Komunitas Tangan Di Atas atau TDA), Jojo (Jakarta Entrepreneur Club atau Jakec), Afif (Internity), Helmi (Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia, JPMI), Andre Raditya (Spiritual Entrepreneur WisataHati) dan Budi Utoyo (SEC).

Beberapa komunitas yang siap mendukung dan bergabung dengan pendirian asosiasi ini adalah Institut Kemandirian, Bisnis Smart (Bismart), Dr W Entrepreneur Community, Oase, Entrepreneur College (EC), dan sebagainya (saya tidak ingat, karena catatannya ada di notulen).

Menilik ke belakang, ide ini sebenarnya sudah lama dilontarkan oleh Pak Valentino. Ketika itu ia mengumpulkan kami, para pentolan komunitas, di sebuah acara di Universitas Jayabaya, kurang lebih setahun lalu. Kami pun sepakat akan perlunya sebuah wadah komunikasi dan silaturahim di antara komunitas. Kalau semua itu disatupadukan, insya Allah akan menjadi kekuatan yang besar dan mampu mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam menumbuhkembangkan entrepreneurship di Indonesia. Kita harus mengejar ketertinggalan dari negara tetangga, Malaysia dan Singapura yang begitu gemah ripah loh jinawi ekonominya dengan lokomotif para entrepreneur handal yang mereka miliki.

Saat ini di lapangan kami berjalan sendiri-sendiri. TDA berkibar dengan keunggulanya di ranah online, namun kurang menyentuh grass root dan ranah offline. Sementara, misalnya para alumni Entrepreneur University yang bergabung di Jakec begitu kuat di ranah offline dengan caranya sendiri. Komunitas lain juga demikian, pasti punya keunggulan dan kekurangan yang tidak dimiliki oleh komunitas lain. Bagaimana jika dibentuk sebuah wadah yang memungkinkan terjadinya saling sinergi, saling mengisi, pasti dahsyat luar biasa.

Saya sering mendapatkan pertanyaan dari member TDA di daerah yang kesulitan untuk bergerak lantaran belum ada cabang TDA di sana. Saya mengatakan bahwa mereka tidak harus mendirikan TDA, tapi cukup bergabung saja dengan komunitas yang sudah ada. Kita tidak perlu bendera atau simbol. Yang penting adalah mencari benefit yang itu semua bisa didapat dari mana saja. Alangkah indahnya jika semua itu dimungkinkan karena di level pimpinan komunitas telah terjadi kesepakatan untuk saling sinergi. Pasti luar biasa.

Kepedulian saya terhadap pendirian wadah ini sebenarnya cuma satu: agar benefit dari keberadaan komunitas-komunitas entrepreneur ini bisa lebih dirasakan oleh seluas mungkin anak bangsa. TDA dengan segelintir member dan masih mengandalkan teknologi internet rasanya terlalu kecil jika melakukan ini semua sendirian.

Ketika bertemu dengan Ustadz Yusuf Mansur yang menawarkan kerja sama dengan TDA, ide untuk menyatukan komunitas itu muncul lagi. Saya tawarkan kepada beliau agar kerja sama ini tidak hanya dengan TDA, melainkan juga dengan komunitas lain. Di pertemuan kedua di pesantren beliau akhirnya hadir komunitas lain seperti Ayo Mandiri dan Internity. Hasilnya adalah menindaklanjutinya dengan pertemuan ketiga dengan TDA sebagai tuan rumah di tempat saya.

Saya akui, tidak mudah mengumpulkan banyak pimpinan komunitas dalam waktu yang singkat. Mereka rata-rata sibuk luar biasa. Tapi, the show must go on. Kita mulai dengan yang sedikit dulu. Nanti akan menggelinding bagai bola salju. Akan banyak komunitas lain bergabung di perjalanan. Pak Budi Utoyo pun setuju bahwa pertemuan langka dan “mahal” ini jangan jadi mubazir. Harus menghasilkan sesuatu. Sesuatu itu adalah berdirinya Indonesia Entrepreneur Association yang disingkat dengan IdEA.

Luar biasanya, dalam waktu singkat silaturahim dan sinergi ini telah langsung direalisasikan oleh teman-teman TDA Bandung dan Internity yang berbasis di Bandung. Hari Sabtu tanggal 21 November nanti ada event TDA Bandung yang juga melibatkan Internity. Saya membaca informasi ini dari grup Facebook-nya Internity. Subhanallah…

Lonceng telah kita bunyikan. Bendera sudah kita kibarkan. Saatnya kita sekarang menyatukan hati, menyatukan langkah untuk saling mengisi dalam rangka kemaslahatanan yang lebih besar bagi bangsa. It’s better to light a candle than to curse the darkness. Ini hanyalah lilin kecil di tengah kegelapan masalah yang melingkupi bangsa kita. Tapi tetap lebih baik daripada hanya berpangku tangan dan menyesalkan semua yang terjadi.

Semoga Allah meridhoi ikhtiar kita ini.

Salam FUUUNtastic!
Wassalam,

Roni, Owner Manet Busana Muslim, Founder Komunitas Tangan Di Atas (TDA)

23 pemikiran pada “Telah Lahir, Indonesia Entrepreneur Association (IdEA)

  1. salam…
    dibalik tirai, saya selalu mengintai perkembangan teman2 TDA, dan selalu mengamatinya dari kejauhan.
    semakin saya meneguk samudra wawasan dan pengalaman para senior entrepreneur TDA, semakin saya haus akan ilmu2 mereka.
    dan yang saya salutkan lagi, mereka selalu memikirkan sesama saudara, tidak mementingkan ‘perut’ sendiri. semoga temen2 TDA bisa terus memberi dan membawa kemajuan bagi bangsa kita.

    salam kenal dari saudaramu ‘dinegeri Musa’.

    Suka

  2. Jauh sebelumnya saya sangat terkesan dan mengingat sekali perkataan Bapak properti Indonesia yakni Ir. Ciputra yang membuka sebuah rahasia dibalik keberhasilan negeri Singapura. Mengutip sedikit perkataan beliau bahwa selama pelajar Indonesia tidak memiliki jiwa entrepreneur, maka kemajuan Indonesia di bidang ekonomi hanya berjalan stagnan. Sementara Singapura sudah memiliki entrepreneur 7 persen dan jumlah penduduknya, Indonesia baru memiliki 0,18 persen.

    http://herisetiawan19.wordpress.com/2009/11/22/kabar-kebangkitan-indonesia-dikibarkan/

    Suka

  3. Izinkan saya mengingatkan bahwa entrepreneur itu penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana kita melaksanakan di lapangan. Saat ini prosentase UKM merupakan 99,99% dari jumlah badan usaha di Indonesia. Tetapi yang 99,99% ini, hanya menyumbangkan 54% PDB. yang 0.01% menyumbang sisanya sebesar 46%. Perbandingan produktivitas dari kedua kelompok ini berbanding 1 : 4500 lebih. Mengapa begitu?
    Jawabannya karena mayotitas UKM berbisnis didalam lingkup industri kerajinan yang produktivitasnya rendah. Lingkup usaha yang memiliki produktivitas yang tinggi adalah lingkup usaha industri manufaktur. Para pengusaha atau entrepreneur kita harus segera hijarah dari area industri kerajinan ke area industri manufaktur. Kalau ada yang mau caranya dapat didiskusikan lebih lanjut. Kata orang caranya gampang. Ingin tahu? Hubungi kami, tidak bayar karena niatnya sedekah, tangan di atas.
    Salam,
    Eddy Boekoesoe

    Suka

  4. Salam kenal mas… saya masih seorang mahasiswa yang ingin menjadi seorang entrepreneur.. mohon bimbingannya mas, oya bagaimana caranya menjadi anggota IdEA?? trims…

    Suka

  5. sangat menarik dan bikin tertarik buat ikut serta mengembangbiakan entrereneur indonesia…….mohon info untuk prosedural joinya pak roni……
    salam marketing alias makelar everything…….

    Suka

  6. hi Pak Ronni. bagaimana jika ingin menginformasikan acara untuk mendukung perkembangan entepreneurship d Indonesia?

    Suka

Tinggalkan Balasan ke ISMAIL SATRIYANTO Batalkan balasan