Cara Sederhana Menjadi Kaya ala Tionghoa

Sejak kecil saya tinggal di Pademangan, lingkungan yang banyak penduduk suku Tionghoa.

Teman-teman kecil saya banyak dari Tionghoa. Bahkan saya diangkat jadi “kepala suku” oleh mereka. Mereka memanggil saya “uda” (kakak), tapi dicampur dengan kata “lu – gue” (nggak nyambung).

Setiap tahun baru China, kulkas di rumah kami dipenuhi dengan kue China yang berwarna coklat berbentuk mangkok dan rasanya sangat manis.

Dari pergaulan saya, maka saya terbiasa mengamati kehidupan saudara kita ini. Mereka adalah para pengusaha yang ulet dan hemat. Prinsip-prinsip “ayam kampung” yang saya ceritakan kemarin, juga mereka lakukan.

Misalnya, ketika punya satu toko, gaya hidup mereka sangat sederhana dan hemat. Si bapak sehari-hari biasa bercelana pendek dan berkaos putih cap Swan. Makan pun dengan lauk sederhana. Hanya nasi dan sayur berkuah. Uang hasil bisnis yang dikonsumsi sangat sedikit, sisanya diputar kembali di toko.

Dari hasil perputaran itu, mereka bisa membuka toko kedua. Meski pun sudah punya 2 toko, gaya hidup mereka tidak berubah. Tetap pakai kaos Swan dan makan nasi dengan sayur. Uang diputar terus dan dengan mudah bisa buka toko ketiga.

Hal demikian mereka praktekkan dengan sabar dan tekun bertahun tahun. Mereka menunda kenikmatan untuk hasil yang besar dikemudian hari. Mereka mempraktekkan prinsip compounding growth yang dahsyat.

Setelah kondisi keuangan cukup stabil, bisnis sudah mantap dan sulit digoyang, anak-anak sudah sekolah di sekolah yang bagus, barulah mereka menikmati hasilnya. Beli rumah yang lebih besar, atau mobil yang mewah.

Prinsipnya begitu sederhana, tapi dijalankan dengan disiplin dan tekun. Salah satu ciri orang berbakat kaya adalah kesanggupannya untuk menunda kenikmatan.

33 pemikiran pada “Cara Sederhana Menjadi Kaya ala Tionghoa

  1. ini yang susah ya? dapet sejuta sebulan ngabisinnya 900 ribu sebulan. gaji dua juta tp gaya hidup udah macam orang kaya, hihihi…

    thx for sharing, pak 🙂

    Suka

  2. Quote: “Prinsipnya begitu sederhana, tapi dijalankan dengan disiplin dan tekun. Salah satu ciri orang berbakat kaya adalah kesanggupannya untuk menunda kenikmatan.”

    Setuju banget pak! Terimakasih atas share-nya yang sangat segar pagi ini ^^

    Suka

  3. Belajarlah sampai ke negeri Cina, memang benar pepatah ini.
    Pak Haji pun mengamini.

    Pak Roni, ditunggu cerita ttg marvelous people ini yang lain ya. Mau belajar banyak

    Suka

  4. Menunda kesenangan, jujur plus berusaha sebanyak mungkin bermanfaat bagi banyak orang sesuai kemampuan dan dengan proporsi yang tepat adalah resep sederhana untuk menjadi sukses dunia dan akhirat.

    Suka

  5. Benar, Mas Rony. Itu prinsip yang saya jalankan juga. Meski pendapatan saya Alhamdulillah meningkat terus setiap tahunnya (secara esktrim), hehe, tapi gaya hidup saya sampai sekarang masih belum berubah. Hihi, masih tetap irit. Intinya, membedakan antara Needs dan Wants. Untungnya saya tidak punya banyak Wants. Wants saya masih tak berbeda jauh dengan 2-3 tahun lalu. 😀

    Thx artikelnya, Mas. Mudah2an banyak yang terbuka pikirannya, dan menghindari terlalu banyak menghabiskan Wants, dan menjadi konsumtif.

    Suka

  6. Hehehe betul Pak, mereka dimana2 ya seperti itu.Salut dech dan asyiknya lg mrk2 ini profesinya tdk menuntut lifestyle tertentu. Lha kita2 sbg org muda kadang tdk bisa utk tidak seperti teman2 sepergaulan alias mengikuti trend. Jalan keluarnya,mnrt sy bukan membatasi konsumsi sampe2 hanya berkaos swan sj dan makan pake rantang, tp dgn menggenjot bisnis – meningkatkan income semaksimal mgkin tanpa harus memaksa diri membatasi menikmati kehidupan. Anyway,trimakasih inspirasinya Pak

    Suka

  7. Pagi2 sudah kena pukulan telak dari artikel bang roni. Ketahuan klo lagi boros banget.
    Artikel bagus bang, apalagi bagi kita yang masih muda ini. Selalu aja ada godaan untuk
    Menghabiskan hasil kerja yang belum seberapa dengan kebiasaan
    Yang tidak efektif dan efisien.

    *langsung cek laporan keuangan.hehehe 🙂

    Suka

  8. thanks infonya…meskipun kaya itu relatif dan cara menjadi kayapun bisa sangat bervariatif…dari cara ala tionghoa, cara Ustad Mansyur dengan sedekah, atau bahkan cara kaya menurut ratusan buku menjadi sukses yang intinya ingin menjadi orang kaya juga…..hehehehe…..yang penting hakikat kekayaan itu sebenarnya ada di hati kita dan kemauan untuk berderma dari apa yang kita miliki..dan Alhamdulillah sayapun tak merasa miskin dan tak pernah menggangap orang lain kaya…kuncinya adalah bersyukur dan menyadari semua itu hanya titipan Tuhan.

    Suka

  9. perjalanan panjang setaiap manusia untuk mencari kekayaan
    menjadi kaya,
    menjadi terkaya
    menjadi terhormat
    menjadi terpandang
    menjadi pandai
    terpandai
    semua….akan kembali kepada diri kita sendiri.
    apa yang telah kita perbuat hari ini?
    sudahkah memaknai kaya dari sisi nurani?
    atau hanya sekedar materi

    Suka

  10. sikap menzalimi memang sangat tidak baik, terlebih kepada diri sendiri pula kepada orang lain

    dalam memanfaatkan harta, tambahan terpenting adalah bisa membedakan sikap antara HEMAT, KIKIR, dan ZUHUD… tampak luar bisa jadi sama, tapi tingkat kebaikannya jauh berbeda

    Suka

  11. sebenarnya org tionghoa itu mengikuti cara rasullah muhammad berdagang, hanya saja kita para umatnya kurang begitu memahami rahasia seorang Muhammad menjadi saudagar kaya.

    salam
    Omjay

    Suka

  12. quote : “Salah satu ciri orang berbakat kaya adalah kesanggupannya untuk menunda kenikmatan.”

    ini yang agak sulit dilakukan.. mau nya, pas dapat, langsung dinikmati…..hehe

    Suka

  13. Dalam kondisi terpaksa setiap orang cenderung mau melakukan apa saja dan menanggalkan yang namanya capek dan gengsi, sekalipun hanya makan nasi dan sayur ama bayar kontrakan gak kurang dari 50rb sehari, duit dari mana? pada umumnya seorang motivator pasti mengedepankan semangat dan semangat tapi kalau ditanya harus dagang apa, jualan apa jawabanya gak jelas karena dia sendiri cari duitnya bukan dari dagang, sekalipun begitu kami tetap berterima kasih ada yang mau berbagi. Kalau pengalaman saya bagi yang sekarang mengalami titik meredian 0, jangan patah semangat cobalah jual jasa anda dengan modal dengkul yang pasti mudah didapat dulu contoh jadi tukang pijat, jadi sales, jadi tukang cuci mobil, jadi pemulung, setelah itu anda sudah tau ilmunya ………….terapkan sharenya pak Zirman lalu siap siap anda jadi BOOSnya…… saya bantu doa semogaperekonomian anda segera melejit dan diberkahi ALLAH …….. SALAM SUKSES LUAR BIASA

    Suka

  14. Tapi (maaf ya) saya pernah menjumpai orang yang seperti ini tapi gk ada jiwa sosialnya alias medit bin cengit alias pelit. Amit2 dah… maunya hemat tapi keblinger sampe gk ada sosialnya.
    Kalo saya sih, kita pake sistem islam saja, tidak berlebihan dalam belanja dan tidak juga terlalu menggenggam. Ya diatur sendirilah bagaimana idealnya. Peace

    Suka

  15. bagus juga tuh, asalkan mampu dalam menikmati nasi dan kuah sayurnya, sehingga esensi hidup harus dinikmati terhadap apa yg kita miliki (saat ini) tetap ada, sebagai wujud rasa syukur pd yg maha kuasa. gitu aja yah ? trims

    Suka

  16. Postingan anda sangat bagus, saya sering
    mampir kesini. Dan sering kali saya share ke facebook
    dan teman-teman saya juga suka dengan artikel dari
    blogmu ini. Keep spirit ya untuk terus update
    konten kerenmu

    Suka

Tinggalkan komentar