2010 in Review

Terinspirasi dari Seth Godin dan Leo Babauta yang membuat review perjalanan hidupnya di tahun 2010, saya pun mau ikut nimbrung πŸ™‚

Saat berpikir untuk untuk menuliskannya, saya akhirnya memutuskan untuk menuliskan apa yang telah dilakukan dan dicapai, tanpa mempedulikan apakah itu disebut sukses atau bukan.

Bagi saya, sebuah keputusan untuk memulai sesuatu yang baru pun adalah sukses. Sukses bukanlah semata pencapain puncak saja. Mengalahkan ketakutan itu adalah sukses. Mengubah kebiasaan buruk pun adalah sukses.

Ini kira-kira list saya:

– Bersama teman-teman TDA membuat Pesta Wirausaha 2010 yang merupakan sebuah lompatan besar bagi kami. Dibandingkan dengan kegiatan yang sama di tahun sebelumnya, ini adalah sebuah lompatan besar. Insya Allah, ini akan menjadi agenda tahunan dan menjadi kegiatan berskala nasional.

– Komunitas TDA mendapat penghargaan Indonesia Social Entrepreneur Acthievement Award 2010 dari Majalah SWA. Ini sebuah pencapaian di luar dugaan kami. Ternyata ada pihak yang memperhatikan dan menilai apa yang kami lakukan ini layak untuk diapresiasi. Terima kasih kepada SWA dan semua aktivis dan mitra TDA.

– Mendirikan Adora Learning Center, sebuah bisnis di bidang learning bersama Iim Rusyamsi dan Agus Ali. Alhamdulillah, sudah diselenggarakan beberapa training di bidang ritel, manajemen SDM dan kewirausahaan.

– Meluncurkan brand Actual Basic, sebuah brand baru khusus produk basic bagi pria dan wanita. Sebagai pendatang baru, sambutannya cukup bagus dan akan terus dikembangkan.

– Mendirikan Laskar Taruna Mandiri sebuah konsep CSR ala TDA dengan memberikan pelatihan service handphone kepada para remaja pengangguran di Pademangan bersama teman-teman TDA dan Institut Kemandirian. Alhamdulillah sudah 40-an orang lulusannya dan sekarang mereka sudah bisa mandiri. Target saya, ini akan jadi model pemberdayaan masyarakat grass root dari kelompok-kelompok mastermind di TDA

– Terus mempraktekkan gaya hidup minimalis (meski pun belum konsisten), sesuai dengan deklarasi yang saya lakukan selepas Ramadhan 2 tahun lalu. Terakhir saya mengeluarkan hampir 90% isi lemari pakaian dan saya berikan kepada supir dan tukang sampah agar diberikan kepada keluarga atau tetangga mereka.

– Berusaha mendukung gerakan cinta lingkungan, tanpa terjebak slogan kosong. Salah satunya dengan menjadi donatur WWF, lebih sering naik transportasi umum (bila berpergian sendiri), bersepeda, mengurangi makan daging dan sebagainya. Salah satu godaan terbesar adalah keinginan untuk menambah mobil lagi. Keinginan itu terus saya tahan karena saya ingin konsisten.

– Sebagai blogger, alhamdulillah saya masih konsisten menulis blog. Bedanya, di 2010 saya lebih cenderung menuliskan tema-tema tentang kehidupan yang “beyond business”. Saya menulis tergantung mood dan apa yang menarik perhatian saya saat itu. Blog juga saya ubah agar terlihat lebih bersih, minimalis dan ringan. Tidak ada gambar, iklan dan link-link tidak perlu. Just essentials. Content is king

– Lebih rajin berolah raga. Sesuai dengan pendekatan minimalis, saya tidak berolah raga di gym yang mahal. Cukup jalan-jalan pagi bersama anak, berenang atau bersepeda. Konsistensi yang penting. Saya juga mengurangi makanan berlemak dan lebih sering makan makanan yang sehat dan berserat, meski pun rasanya kurang enak (contohnya, bubur Quaker Oats).

– Mengurangi ketergantungan dengan gadget. Bermula dari hilangnya BlackBerry saya 3 bulan lalu, akhirnya saya memutuskan untuk tidak membeli penggantinya. Pada tingkat tertentu, gadget itu bisa kontra produktif, menjadi distractions dan mengganggu konsentrasi kita. Saya berusaha untuk tetap meningkatkan produktivitas meski pun tanpa atau dengan alat bantu gadget yang terbatas. Buktinya, setelah hilangnya BB, jumlah buku yang saya baca jadi meningkat. Dan ternyata, ada orang yang berbahagia dengan kehilangan gadget ini, yaitu istri saya πŸ™‚

– Menjaga terus kuantitas dan kualitas waktu bersama keluarga. Saya ingin menemani anak-anak di masa golden age-nya 0-5 tahun. Saya selalu berusaha berada di dekat mereka 24 jam dan menyaksikan proses tumbuh kembang mereka. Memandikan, menemaninya sekolah, menyuapinya makan adalah momen-momen priceless buat saya yang tidak ingin saya lewati.

Dari list di atas saya tidak menyebutnya sebagai sukses dalam arti pencapaian final. Semua itu masih dalam bentuk awal dari sebuah perjalanan. Saya menikmati perjalanan sama merasakannya nikmatnya pencapaian. Proses menuju itu menjadi indah ketika kita menikmatinya dengan sadar momen demi momen.

Up and down dalam kehidupan itu adalah biasa. Saya mengalaminya setiap tahun. Yang penting kita punya tujuan atau inspirasi yang ingin kita wujudkan di dalam hidup ini. Tujuan itulah yang menjadi alasan kita untuk terus bangkit dan tetap antusias menjalaninya.

Tujuan itu tidak selalu harus terkait dengan “me”, “me” dan “me”, tapi juga harus “we”, artinya beyond our self. Saya merasa selalu bergairah ketika melakukan sesuatu yang lebih besar daripada diri saya.

3 pemikiran pada “2010 in Review

  1. salam kenal pak. Saya rizal. membaca tulisan-tulisan bapak di blog ini sungguh luar biasa pak. Di artikel ini sepertinya mirip dengan tulisan-tulisan dari Leo Babauta. Saya sendiri juga termasuk baru membaca tulisan leo babauta. Kalau berkenan menjawab pak, apakah bapak mempraktekkan tulisan-tulisan dari Leo, dan sejauh mana manfaatnya dalam kehidupan bapak? terima kasih pak atas jawabannya. Dari rizal yang sedang mencoba mempraktekkan tulisan Leo.

    Suka

Tinggalkan komentar