Era Keberlimpahan

Dalam pertemuan bulanan Asosiasi Manajemen Indonesia (AMA) minggu lalu saya berbincang dengan seorang eksekutif dari Telkom.

Ia menceritakan salah satu produk terbaru Telkom yaitu IPTV, saluran TV berbayar menggunakan kabel telepon yang sudah ada. Beda dengan TV berbayar pada umumnya, acara IPTV ini konsepnya customized, sesuai selera dan waktu kita. Misalnya, kalau kita ketinggalan tayangan live Miss Universe tadi malam, bisa diputar ulang lagi sekehendak kita.

Saya jadi tertarik, karena selama ini selalu “mengalah” dengan anak-anak yang suka dengan Disney Junior.

“Nantinya, satu saluran telepon bisa untuk 3 fungsi: bertelepon, internet dan nonton TV”, ujarnya.

“Keren sekali”, seru saya.

Pertanyaan saya kepadanya, “berarti saya harus nambah koneksi internet lagi dong? Sekarang saja sudah ada beberapa saluran koneksi berbeda untuk laptop, iPad dan BlackBerry.”

Ia hanya tersenyum dan menjawab enteng, “sekarang sudah jamannya seperti itu pak. Lihat saja, di rumah-rumah sekarang pasti ada lebih dari 1 motor atau mobil.”

Saya teringat dengan sepupu yang punya 5 handphone untuk tujuan yang berbeda.

Welcome to The World of Abundance. Era keberlimpahan. Era yang menyediakan begitu banyak pilihan untuk dikonsumsi.

Begitu berlimpah pilihan pakaian, makanan, sekolah, kursus, seminar, majalah, buku, gadget, alat olah raga, mainan anak, asuransi, dan sebagainya.

Saat ini saya sedang baca buku A Whole New Mind, sebuah karya penting dari Daniel Pink. Salah satu bab membahas tentang era of abundance ini.

Menurut Daniel Pink, saat ini dua dari tiga orang Amerika memiliki lebih dari satu rumah, lebih banyak jumlah mobil dari pada pemegang SIM.

Industri storage (penyimpanan benda-benda) menjadi industri dengan pendapatan USD 17 miliar, lebih besar daripada industri perfilman.

Amerika menghabiskan jumlah kantong sampah lebih besar dibandingkan 90 negara lain di dunia dalam hal apa pun.

Apakah orang Indonesia akan menuju ke arah seperti itu? Rasanya iya, bila mengamati fenomena yang ada di kota-kota besar.

Namun, era keberlimpahan menghasilkan sebuah ironi. Kita berlomba mengumpulkan segala sesuatu dalam ukuran kuantitas, tapi makin menurunkan “makna” dan “signifikansi” dari kepemilikan itu.

Apakah punya mobil lebih dari 2 akan membuat kita tambah bahagia?

Apakah dengan mempunyai 5 handphone telah menambah kualitas hubungan kita dengan sesama manusia, dengan tetangga?

11 pemikiran pada “Era Keberlimpahan

  1. menurut saya berkelimpahan boleh tapi jangan sampai membawa kita pada sikap berlebihan, punya helikopter pun tak apa asal memang berguna dan bermanfaat. Tapi punya tas/sepatu terlalu banyak yang akhirnya tidak terpakai itu sudah berlebihan 🙂

    Suka

  2. Selama memang bermanfaat mungkin oke saja. Tapi kalau kita tidak bisa mengendalikan diri, memang kita akan mudah menjadi mangsa para penjual yang mengatakan bahwa kita butuh segala hal yang mereka jual 🙂

    Suka

  3. Ya benar sekali, saat ini saja sy sudah berlangganan 2 koneksi internet (tapi ini masih sesuai kebutuhan), 1 di HP yg sangat berguna utk menunjang pekerjaan sy ketika diluar kantor dg fasilitas push emailnya,dan bisa pula difungsikan sbg wifi hotspot utk laptop, 1 lagi speedy di rumah untuk kebutuhan istri dan anak2 (lebih aman daripada anak2 berinternetan di warnet) dan kalau saya jadi merealisasikan niat beli tablet PC berarti tambah 1 lagi koneksi internetnya dan masih bisa bertambah lagi jika anak2 mulai sadar mereka butuh HP dg koneksi internetnya…

    Suka

Tinggalkan komentar