Demanding

Tadi pagi saya ngobrol dengan seorang karyawan yang menceritakan mantan bossnya di tempat kerja terdahulu.

Menurutnya, bossnya itu sangat demanding. “Saya harus bisa mengerjakan banyak hal”, ujarnya.

“Awalnya memang kesal, tapi lama-lama saya jadi terbiasa dengan tantangan baru dan mendapat skill baru. Saya jadi banyak belajar”, imbuhnya.

Dengan budaya kerja dan boss yang demanding seperti ini, para karyawan di sana punya nilai lebih. Jebolan dari sana mudah mendapat kerja di tempat lain. Bahkan sering dibajak oleh perusahaan lain.

Seorang teman saya yang konsultan manajemen juga bercerita tentang mantan bossnya yang juga bertipe demanding. Ia bersyukur, karena karena boss yang seperti itulah ia bisa berprestasi seperti sekarang.

3 pemikiran pada “Demanding

  1. Saya nggak kerja, tapi sekolah saya demanding banget. Nggak cuma mencekoki otak kami dengan ilmu untuk jadi dokter spesialis, kami juga diajari cara milih tempat fotokopi yang gesit 24 jam, cara milih makanan untuk disajikan di konferensi, cara memprogram antivirus di komputer, cara main badminton, cara milih tiket pesawat yang murah tapi fleksibel, sampek cara mencuci lemari supaya nggak berjamur. Akibatnya seperti sekarang: saya nggak cuman jadi dokter, tapi juga bisa jadi sekretaris, atlet, koki, kuli, pembawa acara, dan hal-hal lainnya yang jauh dari background awal ilmu saya..

    Suka

Tinggalkan komentar