How The Mighty Fall

Sukses adalah guru yang buruk. Kalau gak salah Bill Gates pernah ngomong seperti ini.

Sukses bisa membuat arogan, lupa daratan dan karena selalu sukses, seolah-olah apa yang dikerjakan pasti sukses.

Tumpukan keberhasilan bisa membuat lupa diri. Padahal, ibarat memanjat pohon kelapa, makin tinggi makin kuat terpaan anginnya.

Banyak orang sukses atau perusahaan yang mabuk dengan suksesnya sehingga lupa dari mana dia berasal, melupakan disiplin apa yang membuatnya sukses dan kehilangan “cara pandang” yang tepat dan jernih. Mulailah tahap awal kemunduran berawal, kata Jim Collins di buku How The Mighty Fall.

Ia akan terus mengejar skala lebih besar lagi, pertumbuhan lebih tinggi lagi, termasuk puja puji dari berbagai pihak. Ia mulai melupakan disiplin apa yang membuatnya sukses selama ini dan melakukan lompatan yang bukan “wilayah” di mana dia punya keunggulan.

Perusahaan, – ibarat balon- terus ditiupnya hingga nyaris pecah. Artinya, terus mengejar percepatan pertumbuhan tanpa dilandasi oleh sistim dan SDM yang tepat. Itu adalah ciri-ciri dari tahap kedua.

Pada tahap ketiga, sang pemimpin mulai merasa “gerah” dan “resah”, tapi masih belum bisa menerima kenyataan lantaran masih “mabuk” dengan kesuksesan atau terlalu pede dengan kemampuannya. Ia mulai “denial” dan menyalahkan kondisi eksternal, atau mengatakan bahwa ini hanyalah siklus belaka yang temporer. Data-data yang mulai mengganggu dianggapnya angin lalu.

Ketika sang pemimpin belum juga sadar, ia akan masuk ke tahap ke empat di mana ia mulai panik. Apa pun yang biasa dilakukan mulai blunder. Ia pun berpikir untuk membuat “tindakan penyelamatan” dengan cara-cara “revolusioner” seperti akuisisi, membuat produk baru yang diharapkan jadi blockbuster, yang sebenarnya hanya berdampak temporer.

Tahap kelima, tahap yang paling menyakitkan adalah ketika keuangan mulai megap-megap, mental dan semangat tim mulai terganggu, hal-hal yang dilakukan sang pemimpin bukannya membangkitkan semangat dan visi tapi malah menambah stress timnya.

Sayang Jim Collins tidak memberikan solusinya di buku ini, lantaran memang judul bukunya “Kenapa Perusahaan Besar Bisa Jatuh?”.

Mungkin saja ia mau bilang, “Lu jatuh karena gak praktekin isi buku gue yang dulu sih.”

Padahal beberapa perusahaan yang dipujinya di buku Good To Great dulu masuk juga jadi kasus perusahaan gagal di bukunya yang ini :).

11 pemikiran pada “How The Mighty Fall

  1. Maaf pak Roni dengan template wordpress yang saat ini, sayang sekali artikel-artikel sebelumnya tidak bisa diakses / tidak ada link nya. Terimakasih

    Suka

  2. Padahal beberapa perusahaan yang dipujinya di buku Good To Great dulu masuk juga jadi kasus perusahaan gagal di bukunya yang ini <<<β€” Apa gara-gara dimuat di Buku Good to be Great perusahaan-perusahaan itu jadi arogan dan lupa daratan dan kemudian jatuh? :))

    Suka

  3. Semoga kita semua bisa mencapai kesuksesan dan senantiasa bersyukur..
    Kalaupun kegagalan menghampiri.. mudah2an menjadi cambuk mencapai kesuksesan yg lebih besar.. πŸ™‚

    Suka

  4. Kenali dirimu sendiri. Ibarat seekor gajah tidak mungkin bisa terbang jadi burung. Jadi jangan sampai gajah ingin menjadi burung. Jadilah gajah dan lakukan peran yang baik sebagai gajah. Menurut pepatah: Orang yang mengenal dirinya sendiri akan mengenal Tuhannya

    Suka

Tinggalkan komentar