Pilih Brand atau Hubungan Personal?

Beberapa bulan lalu saya menerima kabar dari seorang bankir yang hubungannya sudah seperti sahabat.

Ia mengabari bahwa ia telah pindah perusahaan dan menjadi kepala cabang di bank lain. Tentu, ia pun menawari saya untuk menggunakan jasa dari bank barunya.

Dengan tidak pikir panjang, saya pun mengiyakan permintaannya.

Beberapa waktu lalu saya kedatangan seorang kepala cabang bank syariah yang ingin bersilaturahmi dan memperkenalkan produk-produknya.

Saya terkesan dengan pendekatannya dan dengan segera membuka rekening di bank tersebut.

Bisnis saya sangat tergantung dengan perusahaan ekspedisi. Kami telah berpindah perusahaan berulang kali semata karena manajernya pindah perusahaan.

Saya terkesan dengan seorang salesman mobil yang sering mengirim SMS mengucapkan selamat lebaran, selamat tahun baru atau mengingatkan perpanjangan STNK. Saya sudah lama tak bertemu dengannya.

Kalau saya mau beli mobil lagi, besar kemungkinan saya akan menghubungi dia.

Dari pengalaman ini, saya bisa menyimpulkan bahwa loyalitas terhadap brand bisa digeser oleh pendekatan personal, terutama untuk
produk-produk jasa.

Bagaimana pendapat anda?

9 pemikiran pada “Pilih Brand atau Hubungan Personal?

  1. IMHO, Kalo utk aktivitas penjualan pendekatan personal lebih mengena, apalagi jika brand blom dikenal. Tapi utk operasional bisnis tentu saya lebih cenderung ga tgantung personal tapi bangun sistem prosedur operasi standar.

    Suka

  2. Betul Pak mgkn sdh bergeser karena masy kita skrg makin kuat di hubungan emosional drpd rasional, shg jika kita cerdik, mampu membangun kedekatan emosional maka ia akan mendapatkan “loyalitas”.

    Suka

  3. kalo bidang jasa biasanya kita butuh orang yang bertanggung jawab menghandle jika kita komplein..dengan hubungan personal seolah2 bahwa dia yang akan membantu kita jika ada komplein tersebut jadi membuat kita tenang..

    Suka

Tinggalkan komentar