Kategori: Wealth

Warren Buffett dan Coca Cola

Warren Buffett di usia 89 tahun masih tetap sehat dan aktif.

Ketika gaya hidup sehat juga lagi marak yang salah satu caranya adalah mengurangi konsumsi gula, Warren Buffett malah masih tetap mengkonsumsi Coca Cola rata-rata 5 kaleng setiap hari. Ia memang dikenal sebagai salah satu investor merek minuman legendaris ini.

Saat ditanya, kenapa masih mengkonsumsi Coca Cola sebanyak itu setiap hari, jawabnya, “Coca Cola membuat saya bahagia”.

The Party Is Over, Saatnya Kencangkan Ikat Pinggang

“You will find who is swimming naked when the tide goes out”, ini salah satu quote terkenal dari Warren Buffett.

Maknanya bisa macam-macam. Salah satunya adalah soal hutang.

Pada saat ekonomi running well semuanya bagus-bagus aja. Kredit bank mudah. Beli rumah dengan KPR mudah.

Sekarang kondisinya berbalik. Semua ahli sepakat, tahun depan adalah tahun yang berat buat ekonomi Indonesia. Depresiasi Rupiah masih belum jelas ke mana arahnya.

Kemarin saya baca di Bisnis Indonesia, seorang nasabah KPR mengeluhkan cicilan bulanannya naik dari 2 juta menjadi 2,8 juta per bulan. Ke mana uang sisanya dicari sedangkan gajinya tidak naik?

Bagi pebisnis, ini saatnya mengetatkan ikat pinggang. Saatnya berhemat, berhitung ulang langkah ke depan. Tahan dulu rencana pembelian aset atau pengembangan bisnis dengan menggunakan hutang. Berpikirlah lebih kreatif untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada saat ini.

Seperti kata Warren Buffet tadi, saat air laut tinggi, gak kelihatan siapa yang berenang telanjang. Saat air laut surut, barulah kelihatan siapa yang lari tunggang langgang karena berenang gak pake apa-apa.

Bisnis Stagnan, Terselamatkan Oleh Properti

Sambil mengantar anak sekolah, saya berbincang dengan salah ayah teman sekolah anak saya.

Ia bercerita tentang temannya yang buka bisnis show room mobil dengan membeli 2 buah ruko di lokasi yang cukup strategis.

Ruko itu dibelinya kira-kira Rp. 7 miliar.

Sayang, entah mengapa bisnisnya hanya jalan di tempat, tidak berkembang. Keuntungan yang didapat hanya bisa untuk membayar biaya operasional dan cicilan ruko.

Secara hitungan bisnis dia tidak dapat untung.

Di tahun kedua, ia mendapat info bahwa rukonya ditaksir oleh appraisal senilai Rp. 18 miliar, lebih dari dua kali harga belinya.

Akhirnya ruko itu dijualnya satu unit dengan keuntungan sangat lumayan.

Kesimpulannya, meski secara bisnis tidak menguntungkan, tapi bisa terselamatkan oleh apresiasi nilai properti rukonya. Bisnisnya yang stagnan terselamatkan oleh properti.