Belajar Financial Planning kepada Ayam

Sebuah Twit dari seorang CEO sebuah perusahaan memancing perhatian saya. Ia akan mendatangkan seorang financial planner untuk mengajari karyawan-karyawannya yang hobi belanja supaya pintar mengelola uang.

Saya teringat dengan ceramah budaya Emha Ainun Nadjib saat saya masih kuliah dulu (ceramah ini berkaitan dengan dilarangnya pementasan Kyai Kanjeng oleh pemerintah Soeharto).

“Anda ingin kaya? Belajarlah kepada ayam”, ujarnya.

Ayam kampung hanya makan sesuai kapasitas temboloknya.

Berapa pun jagung yang dilemparkan kepadanya, ia hanya makan sesuai kapasitasnya itu.

Manusia mestinya begitu dalam mengelola uang kalau ingin kaya.

Misalnya, kebutuhan hidup anda adalah 5 juta per bulan.

Ketika income naik dari 5 juta menjadi 10 juta, yang dihabiskan tetap 5 juta. Sisanya 5 juta.

Ketika income naik lagi menjadi 20 juta, yang makan tetap 5 juta. Karena memang segitu kebutuhan hidup normal. Sisanya menjadi 15 juta.

Sisa uang 15 juta itulah “kekayaannya”.

Orang disebut kaya berdasarkan banyaknya uang yang disisakannya setelah dikonsumsi.

Kita perhatikan orang yang benar-benar kaya (bukan yang “kelihatan” kaya) pasti menggunakan prinsip ini.

Mereka hidup sederhana, tidak berlebihan. Uangnya terus diputar di bisnis atau investasi.

Prinsip seperti ini sudah dipraktekkan oleh orang-orang kaya di sekitar kita (orang kaya street smart).

Mereka tidak perlu financial planner untuk mengajari prinsip sederhana ini.

Live below your mean.

NB: Ada yang bertanya, bagaimana dengan faktor inflasi? Angka 5 juta akan jadi menyusut. Oke, pakai persentase saja, misalnya 20% dari income adalah untuk dikonsumsi, seperti yang saya praktekkan. Misalnya, income 20 juta yang dikonsumsi 4 juta, income 40 juta yang dipakai 8 juta. Sisanya untuk diputar dan untuk proteksi.  It’s so simple.

14 pemikiran pada “Belajar Financial Planning kepada Ayam

  1. Kecuali kalo harga2 naik ya Pak, dengan standar hidup yg sama tetap saja 5 juta tidak cukup. Mungkin bisa membengkak jadi 6 atau 7 juta. Apalagi TDL mau naik nih hehe

    Suka

  2. Bener pak, memang sulit sekali mengendalikan diri untuk lebih konsisten. Karena sudah sangat terbiasa penghasilan naik pasti pengeluaran naik. Jadi untuk selisihnya hampir tidak ada bedanya sebelum dan sesudah naik penghasilan.

    Artikel ini sangat mencerahkan bagi saya, memang ini bukan hal baru info ini. Namun begitu membaca kembali teringat dan memang sudah saatnya di lakukan.

    Thanks pak Roni, senang membaca tulisan Anda.

    Sukses selalu
    Yust tamaro

    Suka

  3. makasi sharingnya ya pak..agak sulit tapi yg penting action n perbaikan diri aja..sekali lg makasi tulisan inspratifnya..salam kenal ya pak..

    Suka

  4. sebenarnya kalo menurut saya , naiknya pendapatan atau gaji , biasanya diikuti dengan naiknya gaya hidup. misalnya yang biasanya makan diwarteg pas gaji naik, makannya jadi di padang.
    ini yang sampai saat ini masih saya pelajari yaitu cara mengendalikan diri sendiri, seperti analogi ayam diatas, ayam gak pernah memikirkan gaya hidup. jadi yah makan seadanya ajah, dan tetap low profile., hidup ayam….hehehehe….

    Suka

  5. Ping-balik: Cara Kaya ala Tionhoa

Tinggalkan komentar