Ingin Sehat? Injaklah Tanah

Beberapa tahun lalu saya membaca novel The Celestine Prophecy karya James Redfield. Ini adalah novel yang begitu populer dan jadi perbincangan khalayak pada waktu itu.

Salah satu bagian menarik dari novel itu adalah soal medan energi magnet di bumi.

Di novel itu diceritakan tentang sebuah komunitas yang hidup bersahaja (simple living) di dalam hutan.

Saya teringat dengan orang-orang di kampung yang relatif lebih sehat dibandingkan dengan orang-orang dikota.

Orang di kampung sering bertelanjang kaki menginjak tanah, terhubung langsung dengan medan magnet bumi.

Magnet itu diyakini membantu memperlancar sirkulasi darah. Bila sirkulasi darah lancar, artinya sel-sel tubuh kita cukup mendapatkan makanan yang dibutuhkannya, yaitu oksigen.

Orang di kota seperti kita jarang sekali mendapatkan “kemewahan” itu.

Ke mana-mana kita selalu bersepatu, jarang menginjak tanah. Hubungan kita dengan tanah selalu dibatasi beton, aspal, logam kendaraan.

Kita juga menghirup udara yang terpolusi. Gadget dan alat-alat elektronika yang kita gunakan memancarkan radiasi yang ujung-ujungnya mengurangi energi tubuh kita.

What is health? Health is energy, kata Anthony Robbins, saat saya mengikuti seminarnya beberapa tahun lalu.

Astronot yang dibekali perangkat kesehatan dan nutrisi lengkap, ternyata masih mengalami ketidakseimbangan metabolisme tubuh. Setelah diteliti, itu disebabkan karena mereka tidak terkena magnet bumi.

Saya dapat cerita tentang seorang dokter di Amerika yang melakukan terapi injak tanah kepada pasiennya yang mengidap diabetes stadium akut.

Ajaib, setelah menginjak tanah setengah jam setiap hari selama beberapa bulan, diabetesnya hilang.

Meyakini hal ini, di rumah saya kerap mempraktekkan “earthing” (istilah yang sering digunakan untuk terhubung dengan tanah) bersama anak-anak.

Bermain sepak bola dengan Vito Vino dengan bertelanjang kali, salah satu contohnya. Kadang saya mengajak mereka ke pantai Ancol, bermain bertelanjang kaki di pasir pantai.

Alhamdulillah, kebiasaan ini telah membantu mengurangi jumlah kunjungan ke dokter dan minum obat. Biasanya mereka setiap bulan pasti ke dokter dan diberi antibiotik lantaran sering terserang flu, pilek, batuk. Sekarang, sudah hampir 6 bulan mereka tidak minum obat apa pun.

Saya tidak tahu, apakah ada hubungannya dengan aktifitas “earthing” itu. Tapi saya meyakininya.

Earthing adalah aktivitas yang sangat sederhana, murah meriah dan juga fun. Jauh lebih menyenangkan ketimbang menunggu giliran di ruang tunggu dokter.

So, let’s earthing!

6 pemikiran pada “Ingin Sehat? Injaklah Tanah

  1. Pak. sekedar sharing…antibiotik bukan obat untuk flu, batuk, pilek yang disebabkan oleh virus tetapi untuk mengobati penyakit karena bakteri. There’s no pill for every ill.
    Mengutip sang penemu antibiotik:
    “It is not difficult to make microbes resistant to penicillin. The
    time may come when penicillin can be bought by anyone in the shops. Then there
    is the danger that the ignorant man may easily under-dose himself and by
    exposing his microbes to nonlethal quantities of the drug make them resistant.” (Alexander Flemming, penemu penisilin/antibiotik)
    Fyi, saat ini ancaman bakteri resisten antibiotik semakin jelas di depan mata. Ingat kasus infeksi e.coli di Eropa?
    Kalau ingin tahu lebih banyak utk ttg kesehatan anak, pls join milis sehat: sehat@yahoogroups.com.
    Semoga bermanfaat.

    Suka

    1. Betul. Tapi dokter2 sekarang begitu mudah memberikan antibiotik utk sakit apa pun, meski tidak diperlukan. Saya baca ttg ini di Tempo dan kaget. Makanya sy mulai dgn perubahan ini, termasuk pindah ke doker anak pengelola milis sehat itu. Tks

      Suka

  2. Sebetulnya kita semua mempunyai jawaban sederhana utk semua pertanyaan. Nenek moyang kita telah mencontohkan lewat peri laku mereka. Namun pelan@ kita berubah, meninggalkan kearifan masa lalu dan masuk tanpa sadar pd kehidupan moderen. Saya sekarang tidak bisa menapak permukaan bumi tanpa alas kaki. Hayaahh..

    Suka

Tinggalkan komentar