Naik Transportasi Umum, Fenomena Baru Warga Jakarta?

Kemarin saya dan teman-teman @TanganDiAtas membuat meeting awal persiapan @pestawirausaha 2014 di Sarinah. Yang hadir sekitar 10 orang, di antaranya @anantop @hantiar @tryatmojo, @iwel_mc, Wahyu Indra @mieayamgrobakan. Ada yang menarik. Mereka semua tidak ada yang pakai kendaraan pribadi. Masing-masing datang mayoritas dengan busway.

Saya berpikir, gejala apa ini? Fenomena apa ini?

Saya pribadi sudah beberapa waktu belakangan setiap bepergian sendirian selalu menggunakan kendaraan umum seperti busway, angkot, Metromini atau taksi.

Alasan saya, salah satunya untuk kesehatan. Saya butuh banyak bergerak, berjalan kaki. Apalagi setelah pakai gelang UP Jawbone yang menghitung setiap pergerakan pemakainya sekaligus jumlah kalori yang dibakar.

Selain itu naik kendaraan umum lebih nyaman dibandingkan nyetir sendiri yang sering terjebak macet dan sulit mencari parkir.

Padahal, sarana transportasi umum di Jakarta masih belum bisa dikatakan nyaman, kecuali busway. Yang lain masih perlu banyak perbaikan.

Apalagi setelah semuanya disempurnakan dan terintegrasi mulai dari angkutan perumahan, feeder buswa sampai ke halte busway. Tidak usahlah menyebut MRT yang masih lama terwujudnya. Dengan pembenahan sarana transportasi yang ada pun sudah cukup membuat warga Jakarta berbondong-bondong menggunakan transportasi umum, seperti saya dan teman-teman TDA kemarin.

Kota yang ideal adalah kota yang manusiawi. Kota yang memberikan sarana publik dengan murah dan mudah, seperti taman, pasar dan sekolah. Sarana-sarana itu seharusnya tersedia di banyak titik dan bisa dijangkau dengan berjalan kaki atau bersepeda 5 sampai 10 menit saja.

Mudah-mudahan ya, harapan ini bisa terwujud ya. Wajar bila kita berharap banyak kepada pemimpin baru Jakarta saat ini.

NB: Saat ini TDA sedang mencari lokasi untuk TDA Center sebagai pusat kegiatannya. Idealnya adalah di pusat kota dan bisa dijangkau oleh member dengan busway. Mudah-mudahan tahun ini dapat terwujud.

3 pemikiran pada “Naik Transportasi Umum, Fenomena Baru Warga Jakarta?

  1. Saya tinggal di Bali, dan kebetulan Lebaran kemarin liburan ke Jakarta. Mencoba segala angkutan umum di sana, mulai dari KRL, busway, dan angkot. Hal baru bagi saya karena maklum, tidak banyak angkutan umum di Bali yang bisa diandalkan saat ini kecuali bus trans-nya yang belum menjangkau setiap pelosok.
    Saya terkesan dengan adanya angkot yang bisa menjangkau hingga jalan-jalan kecil, KRL yang selalu ada setiap beberapa menit sekali (saya saat itu tinggal di Bojong Gede, jadi untuk ke Jakarta setiap hari harus menaiki KRL), dan sempat mencoba busway sekali.
    Kakak saya bilang, saya beruntung mencobanya saat musim liburan. Jika hari-hari kerja tiba, sudah bisa dipastikan saya tidak bisa ‘bernapas’ di dalam angkutan umum, karena sibuk berhimpitan dengan yang lain.
    Walau saat itu bisa dikatakan senggang bagi warga asli sana, namun bagi saya tetap saja sempit karena banyak keluarga-keluarga yang memanfaatkan angkutan umum untuk pergi liburan keliling Jakarta.
    Secara umum, menurut saya angkutan umum Jakarta sudah lengkap. Tapi, masih kalah jumlah dengan pengguna-nya. Semoga ke depannya lebih baik lagi. πŸ™‚

    Suka

  2. andaikan punya uang nanti pun, saya koq rasanya ragu mau beli mobil. soalnya sering mengalami sendiri berada di tengah2 kemacetan jalan raya jakarta. kalau pun terpaksa jalan, lebih enak pakai motor atau kalau mau pakai mobil, mending naik taxi. lebih nyaman πŸ˜‰

    Suka

Tinggalkan komentar