Kasus Toko Online: Pendapatan Tidak Stabil, Bagaimana Menyiasatinya?

Sebuah komentar yang menggelitik saya:

Pak Roni,
Saya koment dengan melihat dari sisi produknya yang unik dan marketnya industri.

Saya awalnya bisnis offline, engineering di control system. awalnya jual dari pabrik ke pabrik. setelah kenal dgn tda jaksel terpengaruh juga untuk membuat toko online http://www.plcshop.co.id. Menurut saya yang menjalaninya adalah Murah dan bagus kalu dibandingkan kita nggak ada bisnis sama sekali.

Awalnya menarik, ada permintaan dan pembelian. Problemnya saya melihat ini tidak konsisten karena sifatnya menunggu sehingga prosesnya lama dan pendapatannya menjadi tidak stabil. Kondisi ini membuat kita terhambat gerak expansinya. Mulai dilakukan penetrasi di semua iklan gratis, kaskus, indonetwork, email campaign. Tetap saja hasilnya tidak stabil. maka online ini menjadi mahal, setelah saya harus menempatkan engineer, sekali-kali harus visit, dan jadilah bisnis ini online dan offline bercampur aduk.

Bisnis yang dilakukan oleh teman ini mirip dengan saya, B2B. Saya tidak mencari pembeli ritel, melainkan grosir.

Persoalannya adalah mengenai pendapatan yang tidak stabil lantaran pembelian yang sifatnya menunggu. Ini juga mirip kasus saya dan saya yakin juga banyak dialami yang lainnya.

Semua bisnis mengalami hal ini.

Saya suka dengan analogi bercocok tanam. Ada masanya menanam, kemudian merawat dan memanen.

Di dalam bisnis juga demikian. Ada waktunya menanam, menebar benih yang dalam konteks toko online adalah berpromosi, pasang iklan, optimalisasi SEO dan sebagainya untuk mendatangkan calon pembeli (leads).

Dengan berbagai “rayuan” di website, akhirnya calon pembeli itu terkonversi menjadi pembeli. Done. Pertanyaannya, apakah dia akan membeli lagi (repeat buying), apakah dia akan makin sering membeli (frekuensi), apakah dia akan membeli lebih banyak (volume), apakah dia akan mengajak temannya untuk membeli di tempat kita (referensi)?

Itu semua adalah pertanyaan menarik sekaligus menantang bagi pemilik toko online. Toko online kita harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu kalau toko itu ingin terus sustain dan bertumbuh.

Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah the ultimate question yang harus dijawab oleh semua bisnis tak terkecuali bisnis toko online kita.
Masalah teman kita selanjutnya adalah bercampur aduknya bisnis online dan offline.

Pertanyaan saya, siapa yang bilang harus dipisah?

Menurut saya, tidak ada bisnis yang murni pengelolaannya online. Apakah Amazon.com hanya mengelola bisnisnya secara online tanpa gudang, tanpa membangun infrastuktur offline? Kalau dia tidak melakukanya, dia akan kalah dengan yang melakukannya.

Makanya, ketika saya terjun bikin toko online tahun 2003 dan langsung sukses dalam waktu cukup singkat adalah karena saya sudah menguasai proses bisnis offline-nya, sehingga saya bisa dengan cepat menyesuaikan diri dengan tata cara berbisnis online.

Saya sebenarnya kurang sreg dengan sebutan pebisnis online. Setiap diundang seminar saya selalu diminta sharing tentang sukses berbisnis online. Saya tidak nyaman dengan istilah ini. Karena bisnis saya tidak murni online sebetulnya. Online hanya salah satu tools-saja di antara segambreng tools lain yang saya gunakan.

Saya lebih suka dengan istilah “multichannel marketing” atau “integrated marketing”. Semua “senjata” di pakai di bisnis ini. Tidak hanya online.
Diskusi ini jadi menarik menurut saya.

Ada pendapat lain? Mudah-mudahan teman-teman lain bisa menambahkan, hingga memperkaya diskusi ini. Saya jadi “whistle blower” aja, melempar wacana 🙂

Have a happy and productive day!

28 pemikiran pada “Kasus Toko Online: Pendapatan Tidak Stabil, Bagaimana Menyiasatinya?

  1. Benar sekali pak! Untuk keberhasilan bisnis di dunia maya, offline marketing nya juga harus jalan. Dan proporsinya diatur sesuai dengan keperluan. Tidak melulu semua bisnis harus jualan di internet.

    Great post!

    Suka

  2. Sebenarnya bisnis online itu apa seh. Apa bisnis yang dibantu media online atau semua pakai online? Yang termasuk pebisnis online apakah yang punya toko aja, atau afiliasinya termasuk kategori itu?
    masih bingung………….

    Suka

      1. Kalau versi saya, pertanyaannya adalah ‘seberapa jauh kesuksesan saya menjalankan bisnis ini?’

        Tulisan anda benar-benar bergizi, pak Roni.

        Suka

  3. saya setuju sekali dengan pak roni. bisnis online memang tidak bisa dipisahkan dengan aktivitas offline nya. jika aktivitasnya online nya gak beres, biasanya bisnis online itu tidak akan bertahan lama. Media online hanya sebagai jembatannya saja, setelah konsumen datang dan melakukan order, respon yang biasanya sebagian besar dilakukan secara offline yang akan lebih menentukan si konsumen itu kembali melakukan repeat order atau tidak. Jadi jangan menyepelekan aktivitas offline, karena menurut saya porsinya sangat besar untuk emmbuat bisnis online kita tetap bertahan. terimakasih

    Suka

  4. Saya sudah/baru 1 tahun menjalani bisnis online. Alhamdulillah perkembangannya positif, jauh dari apa yang dibayangkan di awal. Sampai dengan hari ini belum punya toko offline. Apa saja ya pak yang perlu dipertimbangkan ketika ingin membuka toko offline?
    Jaringan sudah mulai terbentuk, tapi justru market di wilayah sendiri belum bisa tergarap dengan baik. Mohon masukkannya Pak.
    Terimakasih

    Suka

    1. Yang saya maksud dengan infrastruktur offline itu tidak harus berupa toko offline. Bisa saja berupa gudang, armada pengiriman dan sebagainya. Namun, di era multichannel marketing ini, keberadaan setiap channel tetap diperlukan dan saling melengkapi. Pilihan tetap dilakukan berdasarkan hitung-hitungan bisnis dan skala prioritas

      Suka

  5. Inti dari bisnis adalah uang, Jadi segala sesuatu yang menghasilkan uang dari dunia online itu adalah bisnis online … he he CMIIW

    Suka

  6. Saya lihat komentar sedikit melebar ke masalah online dan offline.

    Saya lupa pernah baca di mana mengenai kategorisasi bisnis online driven, kurang lebih isinya seperti ini:

    Sekedar membuat website perusahaan (company profile).
    Menyimpan informasi produknya via website (katalog).
    Telah siap bertransaksi secara online (online shop).
    CRM secara online (Customer service center, forum, email blast, etc).
    Kegiatan administratif yang telah menggunakan aplikasi cloud.

    Pengertian bisnis online yang berkembang saat ini, sebenarnya menyempit hanya pada nomor 2 dan 3.

    Hampir 80% kegiatan administratif di perusahaan saya menggunakan aplikasi cloud buatan kami sendiri, yahoo (ymail, messenger) dan google (gmail, wave, docs, talk, etc). Sedangkan urusan marketing masih mengandalkan sarana offline dan M2M. Bahkan saat ini situs utama kami hanya dipakai untuk keperluan riset dan email perusahaan.

    Pertanyaannya adalah, apakah bisa disebut sebagai bisnis online? Melihat definisi yang berkembang saat ini tentu saja tidak.
    Mengapa urusan marketing masih secara offline? Well, it works.

    Sekedar menekankan persetujuan, dunia online hanyalah sekedar perangkat, media, alat bantu yang saling mengisi atau bahkan menggantikan peralatan yang sudah ada.
    Berikan penilaian secara terus menerus, dan lakukan perbaikan atau penggantian. Intinya mana yang lebih efisien itulah yang harus dikedepankan. Kalau mentok juga, mungkin waktunya putar arah dan pilih alternatif lain. Karena yang terpenting bisnis bisa menghasilkan uang, berlari sekencang-kencangnya, dan tahan banting. Apapun medianya.

    Kesuksesan mengelola perangkat online tersebut, telah membuat orang-orang melupakan core dari bisnis yang sesungguhnya.
    Jadi terima kasih pak roni, sudah sukses mengingatkan saya kembali (mudah-mudahan yang lain juga), untuk membuka kembali buku-buku bisnis dan manajemen :D. Tentu saja untuk kemudian mempraktekkan isinya.

    salam

    Suka

  7. Saya sangat setuju dengan konsep pak roni, dimana bisnis online hakikatnya masih sama dengan bisnis offline yang mana prinsip – prinsip bisnis offline tetap wajib di jalankan. Kebanyakan bisnis online tidak berhasil dikarenakan kurang seriusnya dalam mengelola dan banyak teman saya yang sekedar ikut ikutan tubang satu persatu. Saya sudah 3 tahun menggeluti bisnis online dan alhamdulilah omset perbulan sudah 9 digit. kuncinya yang penting kita serius dalam segala hal yang mendukung berjalanya bisnis ini.

    Suka

  8. Bisnis online dan offline memiliki kelebihan dan kekurangan masing2. Bisnis online tidak membutuhkan modal sebesar usaha offline.. Dapat menjangkau daerah yang sangat luas..,, Faktor yang sangat menentukan dalam bisnis online adalah promosi yang sangat gencar dan dengan penyajian yang sangat menarik dan harga bersaing dibandingkan dengan yang lain..

    Suka

  9. Wahh mantab ni sharingnya…
    Saya rasa usaha online dan offline hampir sama saja, yang membedakan media promosi dan luasnya promosi..
    sebelum usaha offline maupun online yang penting menurut saya yaitu blue print dari sebuat usah, visi dan misi setelah itu baru tekad, kerja keras dan modal (uang)..
    Maaf klo salah, hanya pendapat dari saya ^_^

    Suka

  10. Toko online itu adalah toko yang bisa di akses hanya melalui internet….
    Teman saya mempunyai toko bunga online yang penjualannya 90 % karena google (peringkat 1 di keyword toko bunga)
    Istri saya jualan kue kering cuma lewat FB dan web… selama 2 bulan penjualan sudah lebih dari 300 toples dan pesanan untuk lebaran sudah byk….sampai byk yg heran kok bisa jualan kue kering cuma online.
    Dua-duanya tidak punya toko fisik…

    Suka

  11. Memang bisnis online sangat memrlukan kesabaran. Demikian promosi lewat media online juga membutuhkan kesabaran. Menurut saya hal yang paling penting dilakukan adalah optimasi SEO, dengan website kita berada di halaman pertama google saya rasa kerja kita akan semakin ringan, karena google akan otomatis mengirim calon buyer ke kita setiap ada yang mengetikan kata kunci yang sesuai dengan website kita.

    Suka

  12. Betul memang pendapatan online sedikit tidak stabil kalo lagi bagus penjualan akan mengahasilkan pendapatan tinggi,mungkin akan sangat membantu dengan promosi di ofline mengingat promosi di dunia maya membutuhkan waktu dan perhatian extra, terimakasih sharenya.

    Suka

Tinggalkan komentar