Mencoba Menjaga Jarak dengan BlackBerry

Setahun terakhir ini, BlackBerry (BB) telah mengubah pola hidup saya.

Saya jadi connected terus 24 jam dengan “the universe” jagat maya.

Bangun tidur saya cari BB. Mau tidur pun ia jadi teman saya.

Saat bicara dengan istri atau orang lain, saya sering tidak
konsentrasi karena sekali-sekali mata saya selalu memantau apa yang terjadi “di luar sana” melalui gadget selebar telapak tangan ini.

Setiap kali macet, BB jadi teman saya membunuh kekesalan. Di lampu merah, walaupun sekian detik, tetap saya raih BB untuk sekedar mengintip apa yang terjadi di Twitter.

Email atau message dari Facebook, meskipun sebagian besarnya adalah tidak penting telah merenggut sebagian besar waktu saya.

Saya menyerah. Toh, saya yakin teman-teman saya sesama anggota komunitas pengguna BB juga demikian. Saya tidak sendirian.

Hidup saya terpolakan oleh BB. BB telah membentuk saya.

Buku-buku jadi terbengkalai. Sulit sekali untuk menamatkan satu buku saja.

Ini tidak sehat, pikir saya. Tapi saya belum bisa keluar dari lingkaran itu.

Leo Babauta (blogger zenhabits.net) menyarankan berulang kali untuk “disconnected” dari dunia maya ini agar menikmati hidup “yang sesungguhnya”.

Sebuah paragraf dari buku Sticking Point dari Jay Abraham telah menyentakkan saya. Wah, bahaya juga kalau saya terus memelihara habit ini, saya membatin.

Saya harus mengambil keputusan untuk “merusak pola” ini. Dan itu terjadi kemarin.

Saya minta HP jadul yang nganggur kepada istri dan sekaligus minta dibelikan nomor Simpati perdana.

“Untuk apa?”, ia bertanya keheranan.

Saya mau pindahkan nomor kartu Halo ke HP jadul itu untuk digunakan sebagai sarana SMS dan bicara saja. Sedangkan Simpati saya gunakan untuk BB.

Saya mengatur penggunaan BB secara terjadwal. Pagi, siang, sore dan malam. Selebihnya BB saya matikan.

Saya ingin “free” dari BB. Balik ke jaman “batu” di mana HP hanya untuk menelpon dan SMS saja.

Alhamdulillah, hasil ujicoba kemarin cukup berhasil. BB saya simpan di tas dan hanya saya cek sesuai jadwal itu. Saya menjadi tidak updated dengan apa yang terjadi “di luar. It’s okey, yang penting saya tetap updated dengan kondisi “di dalam” diri saya.

Saya masih berusaha. Semoga istiqomah 🙂

7 pemikiran pada “Mencoba Menjaga Jarak dengan BlackBerry

  1. alhamdulillah mas rony, sudah setahun lalu saya tidak tergantung dengan BB meski masih pakai handsetnya BB. caranya sederhana, matikan saja fitur BBnya. makanya ketika ada kawan yg meminta nomer pin BB tidak saya kasih, wong BBM-nya tidak berfungsi, he he he. jadi handset BBnya hny utk telpon dan sms saja.

    Suka

  2. Sy baru saja pake BB unt komunikasi keluar tapi stlah sy menggali ‘komunikasi kedalam diri’ dg sangat serius shg alhamdulillah BB sy dipergunakan hanya unt hal2 penting yg dibutuhkan oleh ‘dalam diri’ saya

    Suka

Tinggalkan komentar