Ritual Pagi

Pagi adalah waktu di mana energi kita masih baru, banyak dan segar. Makanya mood kita di pagi hari itu biasanya lebih baik dibanding setelahnya. Pagi hari kita bangun tidur, shalat bagi yang muslim untuk men-charge energi, sarapan dan kalau sempat olah raga sebentar. 

Bagi yang sudah berkeluarga, pastinya pagi juga diisi kesibukan membantu anak-anak berangkat sekolah. Pagi adalah prime time di keluarga kami. Kami harus full attention full alert dengan anak-anak, karena jika tidak, bisa terjadi drama-drama yang tidak diperlukan. Misalnya, ada saja yang bermasalah dengan mandi, makan, pakaian atau PR yang belum selesai. Kadang namanya juga anak-anak, berantem jadi isu utama juga. 

Makanya jadi penting untuk selalu menjaga mood dan energi di pagi hari ini sebagai bekal untuk menjalani sisa hari sampai menjelang tidur nanti. Kebiasaan di pagi hari itu jadi penting. Kalau bisa ada ritual-ritual positif dalam menjalaninya. Selepas shalat Subuh biasanya saya berolah raga ringan sebentar untuk melenturkan tubuh saja. Kemudian dilanjutkan dengan duduk di kursi kerja atau kursi baca dan membuka-buka bacaan yang ringan dan menyenangkan.  

Saya sempatkan juga membuka notebook dan membuat tulisan-tulisan ringan tentang apa yang saya syukuri hari ini, apa yang penting dilakukan hari ini, semacam afirmasi positif lah. Biasanya mood dan energi saya terasa lebih baik setelah melakukan itu. Notebook dan pulpen tinta adalah benda favorit saya karena sering dilihat dan dipakai. Harus istimewa dan saya sukai. Saya pilih notebook yang kertasnya enak ditulis dan diproteksi dengan cover kulit yang bagus. Demikian juga dengan pulpen tinta, harus yang nyaman digunakan dan tintanya juga harus sempurna hitamnya. Saat menulisnya itu terasa ada sensasi yang sulit diceritakan. Seperti melukis, tapi ini tidak. Ini menulis. Melakukan ini saja sudah membuat saya senang.

Melalui proses ini saya menjadi siap ketika anak-anak mulai bangun dan selalu ada kemungkinan terjadinya drama yang tidak perlu. Berdasarkan pengalaman, drama-drama itu terjadi karena desakan waktu dan mood anak-anak yang masih belum sempurna ketika bangun pagi. Makanya, harus hati-hati menyikapinya. Saya dan istri bersepakat untuk menjaga mood mereka dengan tidak terlalu menekan soal waktu, harus buru-buru takut macet dan sebagainya. Kami biarkan saja mereka memutuskan kapan mau mandi, berpakaian, makan dan berangkat. Toh, kalau terlambat, mereka sendiri yang harus merasakan konsekuensinya. Sebisa mungkin kami tidak mengintervensi aktivitas mereka. Ini berdasarkan pengalaman karena sebelumnya selalu saja ada drama. Alhamdulillah dengan pendekatan ini drama itu sudah jauh berkurang bahkan hilang.

Puncaknya adalah sampai mengantarkan mereka keluar pintu gerbang sambil dadah-dadah. Ya, kebiasaan mereka adalah dadah mulai dari garasi sampai keluar pintu gerbang dan hilang dari pandangan mata. Itu penting buat mereka, terutama si bungsu. Saya menilai suksesnya pagi itu dari hal ini. Sukses mengantarkan anak-anak sampai berangkat dengan mood yang bagus, ditandai dengan dadah-dadah. 

Setelah itu barulah saya melanjutkan ritual pagi selanjutnya seperti membuka smartphone. Ya, smartphone saya baru hidup setelah anak-anak berangkat sekolah. Saya punya kebiasaan baru sekarang membatasi penggunaan smartphone sampai jam 18, minimal hidup lagi besok pagi jam 6. Sebagai penggantinya saya pakai stupid phone saja di malam hari. Ini proses yang menarik buat saya. Mungkin lain kesempatan akan saya sharing ceritanya. 

6 pemikiran pada “Ritual Pagi

  1. waah.. menarik ritual paginya pak roni. kalau saya sholat shubuh, baca al-qur’an, kalau istri pengen dibelikan sarapan ya beli sarapan, kalau tidak saya lanjut lari pagi 30 menit.

    penasaran dengan kebiasaan baru memakai ponsel pintarnya. 😀

    Suka

Tinggalkan komentar