Berbagi Cerita Lama (Bagaimana Membangun Network dan Berpromosi Tanpa Keluar Duit Sama Sekali)

Saya sempat bingung, apa yang mau ditanyakan Pak Isdiyanto kepada saya dalam acara talkshow SMES’co Gift, Fashion and Leahter Expo 2007 yang diadakan oleh Kementrian UMKM di Jakarta Convention Center (JCC) kemarin.

Soalnya saya tidak menyiapkan makalah atau bahan apa pun yang ingin disampaikan.

“Tenang aja Mas Roni. Ini hanya talkshow santai aja kok”, kata Pak Is, yang Pemred Majalah Wirausaha dan Keuangan ini.

“Oke”, jawab saya. Saya jadi tenang.

Saya pun berkeliling arena pameran, mencari ide apa yang kira-kira bisa disampaikan.

Ternyata beberapa teman TDA sudah berkumpul. Wah, pengumuman saya di blog kemarin pagi efektif juga ya… Ada Pak Hantiar dan istri, Pak Faif, Pak Herizal, Pak Ipul dan keluarga, dan Bu Erika.

Saya membuka pembicaraan dengan menceritakan kilas balik perjalanan saya di bisnis fashion.

Salah satu pertanyaan yang menarik adalah mengenai cara saya membangun network dan berpromosi.

Saat itu saya tidak punya uang untuk berpromosi, maklum masih dalam suasana bangkrut.

Saya berpikir bagaimana caranya berpromosi tanpa keluar uang sedikit pun.

Idenya saya dapat dari Pak Tung Desem Waringin, mentor bisnis saya waktu itu.

Buat press release, katanya.

Media itu butuh berita. Kita kasih berita menarik untuk mereka, saran Pak Tung. Media dapat berita, bisnis kita dapat publikasi gratis. Win-win kan?

Belakangan saya ketahui bahwa ide ini juga ditawarkan oleh Brad Sugars dan Jay Conrad Levinson, bapak Guerrilla Marketing itu.

Saya pun berpikir keras. Kira-kira apa yang menarik dari bisnis saya.

Kalau anjing menggigit orang, itu bukan berita. Tapi kalau orang menggigit anjing, itu baru berita.

Cerita “Roni Buka Toko Busana Muslim di Mall”, itu nggak menarik. Bukan berita.

Tapi kalau “Bangkrut di Tanah Abang, Sukses Jualan di Internet dari Garasi” itu baru berita.

Saya pun mengirim press release ke 3 majalah waktu itu: SWA, Pengusaha dan Warta Ekonomi. Alhamdulillah dapat respon dari Pengusaha. Saya pun diwawancara di kantor saya ketika itu, yaitu “garasi”.

Cerita itu menyebar dan saya pun banyak mendapat pelanggan dari artikel itu. Maklum, tahun 2004 majalah entrepreneur masih sedikit, tidak seperti sekarang.

Selain itu saya pun mendapat manfaat dari kedekatan dengan Pak Tung.

Di setiap seminar, talkshow, VCDnya Pak Tung selalu menyebutkan ManetVision*. Bahkan sampai sekarang.

Dalam forum seminar Asosiasi Manajemen Indonesia (AMA) DKI Jaya, profil saya juga diangkat oleh Pak Tung yang ketika itu menjadi ketuanya.

Dari sana popularitas bisnis saya ikut terangkat. Orang mulai yakin dengan saya. Satu per satu network mulai terbangun sampai sekarang.

“Kalau sudah tembus di satu media, biasanya media lain akan ikutan”, timpal Pak Is.

Dan benar. Setelah muncul di Pengusaha, profil saya pun muncul di media-media lain. Bahkan SWA memberi penghargaan Enterprise 50 tahun 2006 lalu.

Grup Warta Ekonomi melalui Majalah DUIT! juga sering memuat profil bisnis saya.Terakhir, “cerita lama” ini juga dimuat di Tabloid Kontan.

Bagi anda yang ingin bisnisnya dikenal tanpa keluar banyak uang, langkah-langkah saya ini bisa diikuti.

Cobalah buat press release dulu.

Buat cerita yang menarik. Tapi jangan ngarang atau bohong ya.

Sebagai penutup, boleh juga dipakai rumus dari Chip Heat dan Dan Head dari buku Made To Stick. Cerita menarik itu harus sederhana, tak terduga, konkret, kredibel, emosional dan tentu saja mengandung unsur cerita.

Salam FUUUNtastic!

Wassalam,

Roni, Owner Manet Busana Muslim

* Maaf, website Manet masih belum bisa diakses karena masih dalam proses persiapan re-launching dengan tampilan baru.

NB – Salah satu tren menarik adalah semakin banyaknya iklan di shoutbox saya. Hehehe… Memang shoutbox ini juga bisa jadi media promosi gratis….

NB 2 – Tulisan mengenai target/sasaran kemarin memancing komentar beragam. Saya tidak dalam posisi memihak salah satu pendapat. Tapi saya hanya menawarkan: ini lho, ada wacana baru. Dalam beberapa hal, saya tertarik dengan idenya Shapiro ini. Insya Allah nanti saya sambung lagi…

2 pemikiran pada “Berbagi Cerita Lama (Bagaimana Membangun Network dan Berpromosi Tanpa Keluar Duit Sama Sekali)

  1. mas, saya tak sengaja buka web side ini sy rasa setelah membaca saya kanya ingin jadi pengusaha kecil dulu . nah mas gimana caranya dan langkah apa yang harus saya ambil

    Suka

  2. Maaf boss, bila saya kasih komentar rada kurang sopan. Pikiranku gini. Semua issue, komentar, materi

    saya sih dapet masukan ini dari komunitas aku di off air. Kebetulan, satu dari temen itu punya pengalaman banyak di dunia media cetak. Dia mantan orang jawa

    pos yang sempat mendirikan koran mulai dari Jayapura sampai Sumatera Expres di Palembang.

    Masukan dia nih…
    Kenapa TDA tidak membuat majalah sendiri?
    Beberapa unsur yang diperlukan untuk munculnya sebuah bisnis majalah sudah sangat cukup. Materi ada. Penulis banyak. Nara sumber jago-jago. Semangat

    wirausahanya top.

    Tinggal sekarang, berani ndak kita tampilkan sebuah ajang wira usaha baru dalam bidang media?

    Alasan lainnya, masih menurut dia nih…
    TDA yang memakai satu-satunya media sosialisasi dan komunikasi hanya dengan internet, ini dai rasa kurang adil. Masyarakat yang ”suka” mengakses internet

    adalah komunitas khusus. Sementara, ilmu dan semangat wirausaha yang melekat pada diri jawara-jawara TDA, merupakan ilmu yang sangat bagus dan bermanfaat

    bagi pembangunan ummat.

    Kenapa tidak ada create media yang bisa disantap oleh komunitas ain? Maksudku yang tidak internet minded?
    Emang ilmu para jawara TDA hanya dispesialkan bagi para mania dunia maya?

    Dia sampaikan itu semua dengan menggebu. Tapi, saya tanggapi dengan dingin-dingin saja.
    Setelah saya pikir2, kok bener juga ya. Kenapa yang kita tidak lakukan seperti itu?
    saya sendiri merupakan member TDA JOGLO yang sering mengamati, share dan berinteraksi dengan pendekar2 dan srikandi2 TDA JOGLO, tentunya seputar hambatan,

    peluang maupun untuk membina link usaha.

    Saya coba merenda lebih panjang……
    Jaringan distribusi kita punya. Lewat komunitas. Pasar utama, kita punya: komunitas TDA sendiri. Nah, bila ini semua divisualisasikan lewat media cetak,

    majalah, saya merasa yakin memang lebih bermanfaat. Bisa dijadikan souvenir, bisa jadi media komunikasi langsung dengan masyarakat pembaca, dan, yang tidak

    kalah menarik: BISA JADI AJANG BISNIS BARU KITA.

    Itu sebabnya, pada kesempatan lain saya cari dia untuk mendapatkan info lebih detil. Sampek misalnya, siap ndak dia bantu saya merealisir masukan itu. Tentu,

    seandainya komunitas TDA menyepakati gagasan tersebut. Alhamdulillah. Gayung bersambut. Untuk pembangunan ummat, apalagi yang bermuatan pembangunan ekonomi

    dan kemandirian, dia juga sangat care.

    tapi ini semua saya kembalikan kebapak, tapi……kalo memang baik kenapa kita tidak mulai ACTION Sekarang.:
    saya sih……siap jd makcomlang utk mengundang beliau untuk berdiskusi merealisir masukan itu…….
    saya pikir lebih cepat lebih baik….siapa tahu produk ini dpt di louncing dalam acara milad II kita.

    Suka

Tinggalkan komentar